Dalam hidup ini ada beberapa tipe orang. Ada yang mudah jatuh hati, ada yang sulit,
dan ada yang sangat sulit. Saya rasa saya adalah tipe yang ketiga. Setiap manusia
memang memiliki karakternya masing-masing. Karakter yang tumbuh seiring dengan
pengalaman hidup manusia.
Hidup itu penuh
dengan pilihan, dan ada yang begitu cepat menentukan pilihan sementara yang
lain membutuhkan waktu yang lebih lama. Saya tidak pernah skeptis dengan
teman-teman saya yang begitu mudahnya jatuh hati, bahkan saya kagum kepada
mereka. Oh, betapa mudahnya mereka mengatakan ”Ya, saya mencintainya!” hanya
dengan sekejap pandang. Bagaimana bisa benih cinta itu tumbuh secepat kilat
dalam hatinya? Sementara saya begitu sulitnya. Apa itu cinta? Saya tak pernah
benar-benar paham.
Bagi saya yang
antara logika dan perasaan tak pernah sejalan, menumbuhkan ’pohon’ rasa itu
membutuhkan proses yang lama, bahkan mungkin terlalu lama. ”Hidup itu gambling.
Kau harus cepat memutuskan.” kata seorang kawan. Dia benar, ya dia memang
benar. Tapi hidup juga mengajarkan pada saya bahwa perasaan manusia terlalu
berharga untuk dipertaruhkan. Hati manusia bukanlah komoditas yang bisa kita perlakukan seenaknya. Take it and see what happend next.
Lemparkankan dadunya, kau tak pernah tahu angka apa yang akan keluar. Rasanya
seperti ada yang menodongkan sepucuk pistol di kepalamu, memaksamu menentukan
pilihan. “Menyakiti atau disakiti.”
Saya bukan tak pernah
mencoba, bertindak lebih cepat dari tumbuhnya ‘pohon’ itu. “Ayo cepat!”,
“Tunggu apa lagi?”, “Keburu diambil orang.”, “Jangan sampai engkau menyesal.”.
ribuan kata berlari di kepala. Memaksa syaraf-syaraf di sekujur tubuh untuk
bertindak. Ya, saya mendapatkannya…ya, saya memiliknya. Saya berhasil!
Tapi ternyata ’pohon’ itu tak tumbuh. Tak berkembang menjadi ’pohon’ yang rimbun dengan
akar yang kuat. Seperti yang saya harapkan. ’Pohon’ itu prematur. Kita semua
pasti menyesal tidak mendapatkan seseorang yang kita sayangi. Tapi akan lebih
menyesal bila tidak menyayangi seseorang yang mestinya kita sayangi. Apa yang
kau pilih, ”Menyakiti atau disakiti?”
Saya memutuskan
untuk menumbuhkan bibit itu menjadi sebuah ’pohon’ yang indah terlebih dahulu. Memantapkan hati, menguatkan rasa. Meski
kadang ketika ’pohon’ itu telah tumbuh, hati telah mantap, dan rasa semakin
kuat. Dia tak lagi sendiri......
Itu konsekuensi.
Maka hadapilah dengan senyuman J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar