Minggu, 13 Mei 2012

Hadapi Dengan Senyuman...


Dalam hidup ini ada beberapa tipe orang. Ada yang mudah jatuh hati, ada yang sulit, dan ada yang sangat sulit. Saya rasa saya adalah tipe yang ketiga. Setiap manusia memang memiliki karakternya masing-masing. Karakter yang tumbuh seiring dengan pengalaman hidup manusia.

Hidup itu penuh dengan pilihan, dan ada yang begitu cepat menentukan pilihan sementara yang lain membutuhkan waktu yang lebih lama. Saya tidak pernah skeptis dengan teman-teman saya yang begitu mudahnya jatuh hati, bahkan saya kagum kepada mereka. Oh, betapa mudahnya mereka mengatakan ”Ya, saya mencintainya!” hanya dengan sekejap pandang. Bagaimana bisa benih cinta itu tumbuh secepat kilat dalam hatinya? Sementara saya begitu sulitnya. Apa itu cinta? Saya tak pernah benar-benar paham.

Bagi saya yang antara logika dan perasaan tak pernah sejalan, menumbuhkan ’pohon’ rasa itu membutuhkan proses yang lama, bahkan mungkin terlalu lama. ”Hidup itu gambling. Kau harus cepat memutuskan.” kata seorang kawan. Dia benar, ya dia memang benar. Tapi hidup juga mengajarkan pada saya bahwa perasaan manusia terlalu berharga untuk dipertaruhkan. Hati manusia bukanlah komoditas yang bisa kita perlakukan seenaknya. Take it and see what happend next. Lemparkankan dadunya, kau tak pernah tahu angka apa yang akan keluar. Rasanya seperti ada yang menodongkan sepucuk pistol di kepalamu, memaksamu menentukan pilihan. “Menyakiti atau disakiti.”

 Saya bukan tak pernah mencoba, bertindak lebih cepat dari tumbuhnya ‘pohon’ itu. “Ayo cepat!”, “Tunggu apa lagi?”, “Keburu diambil orang.”, “Jangan sampai engkau menyesal.”. ribuan kata berlari di kepala. Memaksa syaraf-syaraf di sekujur tubuh untuk bertindak. Ya, saya mendapatkannya…ya, saya memiliknya. Saya berhasil!

Tapi ternyata ’pohon’ itu tak tumbuh. Tak berkembang menjadi ’pohon’ yang rimbun dengan akar yang kuat. Seperti yang saya harapkan. ’Pohon’ itu prematur. Kita semua pasti menyesal tidak mendapatkan seseorang yang kita sayangi. Tapi akan lebih menyesal bila tidak menyayangi seseorang yang mestinya kita sayangi. Apa yang kau pilih, ”Menyakiti atau disakiti?”

Saya memutuskan untuk menumbuhkan bibit itu menjadi sebuah ’pohon’ yang indah terlebih dahulu. Memantapkan hati, menguatkan rasa. Meski kadang ketika ’pohon’ itu telah tumbuh, hati telah mantap, dan rasa semakin kuat. Dia tak lagi sendiri......

Itu konsekuensi. Maka hadapilah dengan senyuman J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar